:: Dakwatuna ::

Selasa, 30 Jun 2009

MEMELIHARA HATI DARI SIFAT RIYA’

Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya pertama-tama orang yang diputuskan - diperiksa ketika diadakan hisab - pada hari kiamat ialah seseorang lelaki yang mati syahid - mati dalam peperangan fi-sabilillah. Orang itu didatangkan, lalu diperlihatkanlah kepadanya akan kenikmatan yang akan dimilikinya, kemudian ia pun dapat melihatnya pula. Allah berfirman: "Apakah yang engkau amalkan sehingga dapat memperolehi kenikmatan-kenikmatan itu?" Orang itu menjawab: "Saya berperang untuk membela agamaMu ya Tuhan sehingga saya terbunuh dan mati syahid." Allah berfirman: "Engkau berdusta tetapi sebenarnya engkau berperang itu ialah supaya engkau dikatakan sebagai seorang yang berani dan memang engkau sudah dikatakan sedemikian itu." Orang itu lalu disuruh minggir, kemudian diseret atas mukanya sehingga dilemparkan ke dalam api neraka. Selanjutnya ialah seorang lelaki yang belajar sesuatu ilmu agama dan mengajarkannya serta membaca al-Quran, ia didatangkan, lalu diperlihatkanlah padanya kenikmatan-kenikmatan yang dapat diperolehnya dan ia juga dapat melihatnya. Allah berfirman: "Apakah amalan yang sudah engkau kerjakan sehingga engkau dapat memperolehi kenikmatan-kenikmatan itu?" Orang itu menjawab: "Saya belajar sesuatu ilmu dan saya pun mengajarkannya, juga saya membaca al-Quran untuk mengharapkan keredhaanMu." Kemudian Allah berfirman: "Engkau berdusta, tetapi sesungguhnya engkau belajar ilmu itu supaya engkau dikatakan sebagai seorang yang alim, juga engkau membaca al-Quran itu supaya engkau dikatakan sebagai seorang pandai dalam membaca al-Quran dan memang engkau telah dikatakan sedemikian itu. Selanjutnya orang itu disuruh minggir dan diseret atas mukanya sehingga dilemparkanlah ia ke dalam api neraka. Ada pula seorang lelaki yang telah dikurnia kelapangan hidup oleh Allah dan pula diberi berbagai macam hartabenda. la didatangkan lalu diperlihatkanlah padanya kenikmatan-kenikmatan yang dapat diperolehinya dan ia juga dapat melihatnya itu. Allah berfirman: "Apakah amalan yang sudah engkau lakukan sehingga dapat memperolehi kenikmatan-kenikmatan itu?" la menjawab: "Tiada suatu jalanpun yang Engkau cinta kalau jalan itu diberikan nafkah, melainkan saya pun menafkahkan harta saya untuk jalan tadi karena mengharapkan keredhaanMu." Allah berfirman: "Engkau berdusta, tetapi engkau telah mengerjakan yang sedemikian itu supaya dikatakan: "Orang itu amat dermawan sekali" dan memang sudah dikatakan sedemikian itu." Orang itu lalu disuruh minggir terus diseret atas mukanya sehingga dilemparkanlah ia ke dalam api neraka." (Riwayat Muslim)
Di antara syarat amal soleh ialah bila amal tersebut bersih dari riya’ dan sesuai dengan sunnah. Orang yang menjalankan ibadah dengan tujuan agar dilihat orang lain, maka ia telah melakukan syrik kecil dan amalnya sia-sia seperti orang yang mendirikan solat dengan tujuan agar dilihat orang lain.

Allah swt berfirman dalam surah An Nisa’ ayat 142 yang bermaksud :
“sesungguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk solat , mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan solat) di hadapan manusia dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sahaja.
Demikian pula jika ia beramal lalu merasa senang bila beritanya tersebar dan didengar orang lain, maka ia telah terjerumus dalam syirik. Terdapat ancaman bagi orang yang melakukan hal itu. Sebagaimana disebut dalam hadis marfu’ dari Ibnu Abbas r.a : “Barangsiapa memperdengarkan amalannya kepada orang lain , maka Allah akan memperdengarkannya dan barangsiapa memperlihatkan amalannya kepada orang lain, maka Allah akan memperlihatkannya tanpa mendapatkan pahala.”
Barangsiapa yang beribadah dengan niat untuk Allah dan orang lain, maka ibadah itu sia-sia. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis Qudsi bermaksud : “Aku adalah yang paling tidak perlukan persekutuan, barangsiapa yang mempersekutukan aku dengan yang lain dalam amalannya, maka aku tinggalkannya (tidak memperdulikannya) dan sekutunya itu.”
Sesiapa beramal denga niat kerana Allah lalu muncul riya’ di tengah amalnya, bila ia benci dan berusaha untuk mengusirnya maka amalnya dikira sah. Tetapi bila ia tidak merasa terganggu atau tenang dengannya, maka kebanyakkan ulama’ menyatakan amalannya rosak dan tidak diterima.
Justeru itu, marilah sama-sama kita menginsafi diri kita tentang amalan kita selama ini. Sedangkan setiap hari kita tidak lari dari hasutan syaitan dan nafsu yang cuba memalingkan hati kita dari petunjukNya..sentiasalah muhasabah diri dengan sentiasa berusaha membuat kebaikan dengan mengharap redha Allah. Utamakanlah redha Allah daripada redha manusia..kenangkan pembalasan hari akhirat…sesungguhnya dunia ini tempat beramal dan mengumpul bekalan.. di akhirat nanti tiada lagi masa untuk beramal…bersediakan kita menjawab persoalan yang bakal dipersoalkan kelak… Ya ilahi anta maksudi wa redhaka matluubi..Rabbi Yassir wala tu’assir…mudah-mudahan Allah menetapkan hati kita di atas jalan yang benar dan menerima amalan kita serta memasukkan kita kalangan Almukhlisin…wassalam.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan